Air merupakan satu zat yang memiliki kapasitas panas paling tinggi dibanding semua zat yang kita ketahui.
Artinya, untuk menaikkan suhunya sebesar 1 derajad, dibutuhkan jumlah panas yang sangat banyak. Air menyerap panas yang sangat banyak dari radiasi matahari. Radiasi matahari sangatlah mudah menembus air, dan karenanya energi panas radiasi tersebut akan disimpan air. Karenanya, lautan di bumi ini menyimpan panas dalam jumlah yang sangat luar biasa.
Uap air akan menyerap panas tambahan sebagai panas terpendam akibat penguapan. Panas ini merupakan energi yang diperlukan untuk mengubah air menjadi uap air. Ketika uap air mengalami pengembunan (kondensasi) untuk membentuk titik-titik air yang kemudian menjadi tetesan hujan, panas terpendam ini ‘dilepaskan’ ke atmosfir. Panas terpendam ini juga dilepaskan ketika air cair berubah menjadi bentuk padat, seperti salju atau es. Jenis panas yang terakhir, disebut juga dengan panas terpendam fusi.
Jadi, kedua bentuk zat cair, yakni air dan uap air sangat penting untuk menyerap panas dari radiasi matahari dan kemudian udara mengangkut dan menyebarkannya di sekeliling bumi ini.
Proses Terjadinya Awan dan Turunnya Hujan.
Udara di sekitar kita adalah udara lembab. Itu artinya udara tersebut mengandung air dalam bentuk uap air. Kita tidak bisa melihatnya karena uap air adalah gas, akan tetapi uap air tetaplah air. Air bisa terdiri dalam tiga bentuk, cair (air), padat (es), dan gas (uap air). Anda bisa menyentuh dan merasakan air dan es. Tetapi uap air tidak mempunyai bau, tidak bisa kamu pegang, dan tidak bisa dilihat. Akan tetapi kamu bisa merasakan keberadaannya.
Coba kamu ingat ketika kamu berada dalam situasi panas menyengat, atau dingin berkabut, atau ketika kamu mandi uap. Dalam ketiga situasi ini kamu bisa merasakan adanya uap air di sekitar kamu. Jika kamu lebih seksama memperhatikan kabut atau uap ketika mandi uap atau melihat air mendidih, kamu akan melihat jutaan titik-titik air melayang di udara. Proses yang kamu lihat adalah proses yang sama dalam pembentukan awan; jutaan titik-titik air mengembun dan menjadi air dalam bentuk cair.
Kita dapat melihat kabut dan uap, tetapi mengapa uap air di udara mengembun dan menjadi bisa terlihat?
Udara hangat memiliki kemampuan lebih besar menampung uap air dibanding udara sejuk. Jadi jika udara mendingin, udara tersebut tidak bisa menampung uap air lebih banyak lagi. Kadar air tambahan ini harus ‘dibuang’, jadi uap air itu akan mengembun menjadi air. Jadi… udara yang didinginkan akan mengurangi kemampuannya menampung uap air, dan pada akhirnya mendorong terbentuknya titik-titik air.
Pergilah ke luar rumah dan perhatikan awan. Perhatikan tepi-tepi awan. Tepi awan tersebut akan berubah-ubah, bisa membesar dan bisa mengecil. Apa yang kamu lihat adalah proses pembentukan awan sedang berjalan. Jika kamu melihat awan membesar berarti kamu sedang melihat proses pengembunan uap air menjadi titik-titik air, dan jika awan mengecil, maka kamu sedang melihat proses penguapan titik-titik air- yakni perubahan air cair yang terlihat menjadi uap air yang tak terlihat.
Jadi pembentukan awan adalah proses yang panjang, dan tidak berarti setiap awan akan menghasilkan hujan. Jadi bagaimana awan bisa menghasilkan hujan?
Untuk bisa menjadi hujan, air yang mengembun di awan haruslah cukup berat agar bisa jatuh ke bumi. Berat titik-titik air tidaklah cukup untuk bisa jatuh. Sama seperti kabut dan uap air didih, titik air ini bisa saja ditiup angin, diputar pusaran angin, atau tergantung dan terjebak di udara.
Agar lebih berat, titik-titik air haruslah berubah menjadi tetesan. Jadi titik air tersebut harus menangkap uap air lebih banyak agar terus membesar. Titik-titik air bisa juga saling tabrak dan menyatu dan membesar, dan titik air lainnya membesar karena uap air mengembun di titik air tersebut. Hal yang sama dapat kamu perhatikan pada air yang ada di kaca jendela ketika hujan turun. Titik air kecil meluncur pelan, dan akan membesar dan meluncur lebih cepat jika bergabung dengan titik air lainnya di kaca, dan begitu seterusnya. Di awan, proses yang sama terjadi pada jutaan titik-titik air kecil, membesar dalam waktu yang bersamaan, tetapi dalam kecepatan yang berbeda.
Jika titik-titik air terus membesar, beratnya akan mencapai dimana udara tidak bisa menahan beratnya untuk tergantung karena sudah terlalu berat- dan akhirnya mulai jatuh. Beberapa mungkin terperangkap dan terangkat oleh tiupan udara ke atas dan beberapa saat kemudian kembali ke kumpulan awan, akan tetapi jika sudah cukup berat untuk melawan gaya dari angin, maka air tersebut akan jatuh ke bumi- dan menjadi hujan! Hujan akan terjadi selama proses pemebentukan awan terus berlangsung dan titik-titik air terus membesar dan menjadi berat untuk kemudian jatuh ke bumi.
Maka Terjadilah Hujan !!